BUAH PIKIRAN DIPERSEMBAHKAN KE GEREJA PROTESTAN INDONESIA TIMUR DALAM ULANG TAHUNNYA YANG KE-9
BAGAIMANA SEBAIKNYA GPIT MENYUSUN AGENDA
PROGRAM PELAYANAN DENGAN BERPIJAK DARI VISI DAN MISINYA
O
L
E
H
PENDETA ENDANG SURYA
UNTUK KALANGAN SENDIRI
BUAH PIKIRAN DIPERSEMBAHKAN KE GEREJA PROTESTAN INDONESIA TIMUR DALAM ULANG TAHUNNYA YANG KE-9
BAGAIMANA SEBAIKNYA GPIT MENYUSUN AGENDA
PROGRAM PELAYANAN DENGAN BERPIJAK DARI VISI DAN MISINYA
O
L
E
H
PENDETA ENDANG SURYA
UNTUK KALANGAN SENDIRI
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji dipersembahkan kepada Tuhan, karena segala hikmat dan kemurahan-Nya tetap disaksikan oleh penulis sebagai warga Gereja Protestan Indonesia Timur. Bukti kasih-Nya lagi, ketika penulis diberi kesempatan dan pemikiran untuk menuliskan sebuah tulisan sederhana. Tulisan ini adalah buah pikiran yang dituliskan dimasa-masa harus tinggal di rumah karena pandemi Virus corona. Tulisan ini diberanikan dibuat untuk menjawab berbagai pertanyaan dari kalangan akademisi ( Mahasiswa dan orang-orang terpelajar ) tentang bagaimana GPIT mewujudkan VISI dan Misi-Nya dalam bentuk program Pelayaan. Dengan kata lain apakah GPIT menyusun agenda Program pelayanan berangkat dari Visi dan Misinya, bukan semata-mata meneruskan tradisi program Gereja turun temurun atau karena melihat program pelayanan organisasi gereja lain. Untuk itulah dengan segala kemampuan penulis mencoba menggali dari berbagai Sumber di GPIT agar ditemukan jenis-jenis Program pelayanan yang sesuai dengan Visi dan Misi GPIT berdiri di dunia. Penulis mengakui terlalu banyak kelemahan dan kekurangan pribadi dan cara menuangkan tulisan, namun karena didorong semangat yang besar agar GPIT memiliki “ kerangka/sistematis “ program yang berkesinambungan dari Visi dan Misi, maka dibuatlah tulisan ini. Segala saran dan masukan dari para pemikir dan warga Gereja GPIT penulis sangat harapkan demi kesempurnaan tulisan ini dan kemajuan Gereja Protestan Indonesia Timur.
SALULOSSA 23 MARET 2021
Penulis : Pdt. Endang Surya.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PEMIKIRAN
Peranan para arsitek dalam merancang sebuah bangunan sangatlah besar. Mereka menggambar jenis bangunan yang akan dibangun dan memperhitungkan segala ketahanan dan kekokohan bangunan itu. Mereka pun dengan teliti menghitung jumlah bahan dan anggaran yang akan dipakai sampai bangunan dapat berdiri. Jika seandainya pada saat membangun, para tukang bangunan tidak memperhatikan petunjuk gambar yang sudah dibuat para arsitek, maka bangunan yang dibangun tidak akan sesuai dengan gambaran/tujuan para arsitek itu. Itulah proses pembangunan Fisik. Lalu bagaimana dengan membangun sebuah bagunan rohani “ sebuah Lembaga Sinode “ ?. Siapa Arsiteknya ? Arsitek Utama adalah Tuhan Yesus sang Kepala Gereja. Dialah yang mengilhami para Pencetus Ide pembentukan Sebuah Sinode Baru. Dengan Kuasa Roh Kudus-Nya merasuk ke dalam jiwa sanubari para Father Founding Gereja ( Bapak-bapak Pendiri ), sehingga mampu merencanakan untuk membangun sebuah bangunan Rohani yang besar dalam bentuk sebuah organisasi Tingkat Sinode. Merekalah para arsitek bangunan Rohani untuk pembentukan sebuah Sinode. Sebagai arsitek mereka telah menggambarkan seperti apa “ wujud,warna, tujuan abadi/visi “ yang akan dicapai. Tidak sedikit pengorbanan pikiran, perasaan dan tenaga untuk merancangkan sebuah bangunan sinode. Selanjutnya, di wilayah Pitu Ulunna Salu, sekelompok hamba-hamba Tuhan telah dipanggil oleh Allah dalam sebuah Pergumulan Iman membentuk sebuah Sinode Baru sebagai satu lagi bangunan Rohani yang berdiri di dunia. Mereka telah dipakai Allah sebagai arsitek Rohani dalam merumuskan